Advertisement here

Add third-party functionality or other code to your blog.

Monday 22 June 2015

Tari Sajojo

0

Tari Sajojo adalah sejenis tari pergaulan rakyat yang berasal dari Papua. Pulau yang paling Luas dengan Keadaan Geografisnya yang Terjal, terletak di ujung Timur Indonesia. Papua juga terkenal dengan Cartenz Pyramid, pemilik salju abadi di puncaknya, menjadi daya tarik tersendiri, bagi para wisatawan. Kemudian lautnya yang Terkenal Jernih dengan Pemandangan yang begitu Eksotik dan Biota laut yang masih langka pun ada di Papua. Selain keindahan alamnya, kesenian dan budaya tradisional Papua adalah kekayaan tersendiri yang diciptakan dan dimiliki oleh masyarakat Papua.


Tari Sajojo

Papua adalah provinsi yang kaya dengan seni budaya dan suku adatnya, masyarakatnya telah memiliki dan mengembangkan seni tarinya tersendiri baik secara turun temurun atau seni tari kontemporer sebagai bentuk ekspresi diri, salah satunya adalah tarian sajojo ini. Lirik lagu dalam tarian sajojo bercerita tentang seorang gadis cantik yang diidolakan oleh pemuda-pemuda di kampungnya. Salah satu jenis tari pergaulan ini mulai populer pada tahun 1990-an. Awalnya di kalangan militer yang pernah tugas di Timor, Maluku dan Irian. Tari Sajojo, memiliki kekhasan pada gerakannya yang meloncat bongkok, dengan dimulai dari kaki kiri. Iringan musik Sajojo, biasanya beirama Cha Cha Cha Ambon medly.

Saking populernya tarian dan nyanyian Sajojo ini, kita dengar dimana-mana, hingga banyak sekolah, lembaga dan kelompok masyarakat memperlombakan tarian Sajojo. Bahkan tari sajojo telah dimodifikasi menjadi senam meski tanpa meninggalkan unsur-unsur aslinya.

Kepopuleran tari Sajojo didukung pula oleh karakter tarian itu sendiri. Jenis tarian Sajojo adalah tarian grup yang tidak dibatasi jumlah penarinya. Seperti halnya tarian Yospan, siapa pun boleh turun dalam kesukarian sebuah kebersamaan. Ditambah dengan iringan musik yang dinamis, menghentak dan menggembirakan. Sehingga sangat kentara nuansa kebersamaan dan pergaulannya. Inilah salah satu karakter menonjol dari karya seni tradisional masyarakat Papua daerah pantai. Mereka telah mampu berkomunikasi dengan masyarakat kota dan masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.

Read more

Tari Balada Cendrawasih

0

Awal terjadinya tari balada cendrawasih karena menceritakan tentang konflik antara 2 suku. Diceritakan tentang suami istri yang pergi ke hutan untuk mencari rezeki untuk hidup mereka. Sang suami tersebut bekerja mengolah tanah dan menanam. Kemudian datang seseorang dari suku lain ke dalam hutan tersebut. Lalu sang suami segera bergegas pulang, dan ternyata disaat sang suami ingin menemui istrinya untuk mengajak pulang, istrinya sudah tidak ada. Kemudian dia mencari dan meminta bantuan kepada orang-orang. Mereka pun siap apabila ada penyerangan dari pihak lawan.


Tarian balada cendrawasih

Lalu perang terjadi. Saat terjadi perang datang sekelompok suku perempuan yang memperdamaikan kedua suku tersebut. Setelah itu diadakanlah pesta perdamaian yang sangat meriah. Dan tarian balada cendrawasih juga menceritakan tentang masyarakat papua yang berusaha untuk melestarikan burung cendrawasih. Tari ini dikembangkan karena mempunyai harapan agar masyarakat tetap menjaga dan melestarikan burung cendrawasih dari kepunahan.

Dalam tari balada cendrawasih terdapat 3 kelompok. Kelompok pertama ada 3 orang yang berperan sebagai pemburu. Kelompok kedua ada 13 orang, laki-laki dan perempuan yang berperan sebagai burung cendrawasih. Dan kelompok ketiga hanya terdiri dari pemusik saja. Cerita dalam tarian balada cendrawasih ada 13 burung cendrawasih betina yang sedang bermain gembira. Tiba-tiba datang seekor burung cendrawasih jantan yang berhasil menarik perhatian salah satu burung cendrawasih betina, lalu keduanya memadu kasih dan bahagia. Kemudian datanglah 3 pemburu yang melihat sepasang burung cendrawasih. Pemburu tersebut berhasil menembak burung cendrawasih jantan dengan anak panah. Disaat para pemburu ingin memanggil kembali burung cendrawasih, tak ada satupun burung cendrawasih yang muncul, merekapun akhirnya sadar bahwa perbuatan mereka membuat hilangnya burung cendrawasih.

Read more

Tari Baluse

0


Deskripsi

Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu atau wisatawan.

Read more

Tari Tanggai

0

Sejarah Tari Tanggai pada zaman dahulu merupakan tari persembahan terhadap dewa siwa dengan membawa sesajian yang berisi buah dan beranekan ragam bunga,karena ini berfungsi sebagai tari persembahan pengantar sesajian maka tari tanggai pada zaman dahulu di katagorikan tarian yang sakral. Di sebut tari tanggai karena setiap penarinya menggunakan property tanggai di delapan jari (kecuali jempol).Tanggai tersebut dari perak ataupun kuningan yang di pakai pada ujung jari tangan.


Tari Tanggai dari Sumatera Selatan

Musik Iringan Tari Tanggai ini, pada umum nya bersifat instrumental yang sekaligus di iringi oleh beberapa gendang dan satu buah gong yang berperan sebagai ritem. Adapun alat musik yang dipergunakan untuk mengiringi tari tanggai :

- Accordion
- Biola
- Gendang
- Gong dan terbangan

Judul lagunya adalah “Enam Bersaudara”, tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari Gending.

Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.

Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan.

Read more

Tari Sebimbing Sekundang

0

Seni tari ada disetiap daerah di Sumatera Selatan. Biasanya yang paling menonjol adalah tari sambut bagi tamu yang di agungkan dengan cara memberikan sekapur sirih. Seperti daerah lainnya,Ogan Komering Ulu (OKU) juga memiliki kesenian yang menjadi ciri khas tersendiri. Dengan diberi nama Sebimbing Sekundang, tarian ini memiliki makna dan pesan yang mendalam,baik bagi masyarakat setempat, penari, maupun tamu dan undangan yang melihat suguhan tarian ini.


Tari Sebimbing Sekundang

Sesuai namanya, Tari Sembimbing Sekundang memiliki makna berjalan bersama atau seiring dan saling membantu. Pesan-pesan itulah yang terus disampaikan dan dilestarikan melalui gerakan tarian. Tarian ini selalu disuguhkan dalam penyambutan tamutamu kehormatan yang berkunjung di daerah ini.

Tari Sebimbing Sekundang diciptakan Z Khusni Karana yang juga koreografer profesional Sumsel. Tarian ini diperagakan baik di dalam gedung maupun tempat terbuka.
“Banyak makna yang terkandung, salah satunya toleransi dan kebersamaan,” ungkapnya. Tepak atau pengasan merupakan sarana utama tarian ini yang berisikan beberapa lembar daun sirih segar dan beberapa lipat daun sirih yang telah diracik dengan getah gambir, sehingga siap disuguhkan kepada tamu kehormatan sebagai tanda penerimaan dan pengakuan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Gerak tarian, pakaian, dan musik pengiringnya merupakan perpaduan dari gerak, pakaian, dan musik tari-tari tradisional dari berbagai kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga tergambar moto “Bumi Sebimbing Sekundang”yang berarti berjalan seiring dan saling membantu dan melaksanakan sesuatu untuk menggapai keberhasilan.

Read more

Sunday 21 June 2015

Tari Kebagh

0

Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Walau sempat dilarang hingga tahun 1940-an oleh pemerintah kolonial belanda, tarian ini tetap terpelihara dan diajarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Tari Kebagh semakin terdesak, tenggelam dan sempat menghilang pada masa pendudukan Jepang.


Tari Kebagh Sumatera

Berdasarkan cerita lisan dari orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan dengan Puyang Serunting Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat meriah dan turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara tari-tarian.

Istri Puyang Serunting Sakti yang konon adalah seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini disetujui istrinya dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan disembunyikan oleh Puyang Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk dipakai menari.

Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang yang diambilnya pada masa lalu. Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang. Maka menarilah istyri Puyang Serunting Saksti dengna lemah gemulai. Kecantikan dan kemahirannya menari membuat semua mata terpana. Hingga tanpa disadari oleh semua orang, istri Puyang Serunting Sakti tak lagi menginjak bumi, melayang-layang, semakin tinggi hingga menuju ke kayangan, negeri asalnya.

Read more

Tari Gending Sriwijaya

0

Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.[1] Lirik lagu ini juga menggambarkan kerinduan seseorang akan zaman di mana pada saat itu Sriwijaya pernah menjadi pusat studi agama Buddha di dunia.


Tari Gending Sriwijaya Sumatera Selatan

Lirik Lagu Gending Sriwijaya
Berikut adalah lirik lagu Asli Gending Sriwijaya Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending Sriwijaya Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia Kuciptakan kembali dari kandungan Maha Kala Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru Tutur sabda Dharma pala Khirti Dharma Khirti Berkumandang dari puncaknya Si guntang Maha Meru Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.

Tari Gending Sriwijaya
Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.

Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.

Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.

Read more

Tari Randai

0

Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.


Tari Randai dari Sumatera Barat

Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat. Semua gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang.

Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana dalam Randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat yang biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.

Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela.

Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.

Read more

Tari Piring

0


Tari Piring dari aceh

Tari Piring, atau Tari Piriang dalam bahasa lokal, merupakan seni tari tradisional masyarakat Minangkabau, yang berasal dari kota Solok, Sumatra Barat. Tarian ini menggunakan piring sebagai instrumen utama. Piring yang diletakan di atas telapak tangan diayun dan diliuk-liukan dengan gerakan-gerakan cepat dan teratur, dengan piring tetap dalam keadaan lekat dengan telapak tangan.

Sejarah Tari Piring
Beredar anggapan bahwa tari ini awalnya merupakan ritual ucapan terimakasih masyarakat setempat pada Dewa-Dewi seusai musim panen. Dalam ritual ini, piring-piring berisi berbagai makanan sesembahan dibawa dan disajikan kepada para Dewa-Dewi melalui gerakan-gerakan yang artistik. Setelah era Islam, tarian ini tidak lagi dijadikan media pemujaan, melainkan hanya sebagai hiburan semata, yang sering dipertunjukan pada berbagai acara keramaian.

Gerakan dalam Tari Piring
Tari Piring menghadirkan rangkaian gerak ‘atraksi’ penari mengayun-liukan piring di dua telapak tangannya ke sana kemari dalam tempo yang cepat, dengan diselingi dentingan suara antara piring-piring atau dentingan yang tercipta dari beradunya cincin pada jari para penari dengan piring. Di bagian akhir, biasanya piring yang dibawa para penari dilemparkan ke lantai, lantas mereka melanjutkan tarian di atas pecahan-pecahan piring-piring tersebut.

Jumlah penari, pada umumnya berjumlah ganjil, bisa tiga sampai tujuh orang. Para penari tersebut mengenakan pakaian khas yang didominasi warna-warna cerah, terutama merah dan kuning keemasan. Dengan iringan alat musik yang kahas Minangkabau, yakni Talempong dan Saluang, Tari Piring mengundang decak kagum para penontonnya. Dalam perkembangannya, Tari Piring menjadi salah satu ikon Sumatra Barat, dan sering kali dikirim untuk berbagai misi kebudayaan ke luar negeri, demi memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya Sumatra Barat. Sebagai contoh, pada Agustus 2012, Tari Piring ambil bagian dalam Festival de Montoire, Perancis.

Tari Piring dalam Masyarakat Minangkabau
Tari piring, masih lestari di tengah masyarakat Minangkabau, serta memiliki peran khusus dalam prosesi pernikahan adat Minangkabau. Bagi orang Minangkabau, kurang lengkap nampaknya jika hari bahagia pernikahan tanpa sajian Tari Piring.

Read more

Tari Payung

0

Tari Payung adalah tari tradisional dari Sumatra Barat. Tarian ini membawakan cerita tentang hubungan asmara di antara muda-mudi. Payung menjadi atribut penting dalam tarian ini, sebagai perlambang penyatuan tujuan dua insan menuju kebahagiaan cinta. Hingga hari ini, Tari Payung masih lestari di tengah masyarakat Minangkabau, bahkan berkembang dengan variasi-variasi baru.


Deskripsi

Tari payung dibawakan oleh para penari yang jumlahnya genap, di mana mereka berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Para penari laki-laki datang menghampiri pasangan mereka masing-masing dengan payung terkembang, yang bermakna bahwa dia siap untuk membawa dan melindungi Sang Perempuan menuju kebahagiaan mahligai rumah tangga. Sementara Sang Perempuan dengan selendangnya menyambut Sang Lelaki sebagai jawaban, bahwa bersama Sang Lelaki, dia siap mengarungi jalan jalan cinta mereka.

Selaras dengan tema cerita yang dibawakan, koreografi Tari Payung mengeksplorasi interaksi antara penari laki-laki dan perempuan. Lagu yang menjadi pakem dalam tarian ini berjudul Berbendi-bendi ke Sungai Tanang, yang bercerita tentang suasana bulan madu sepasang suami-istri di Sungai Tanang. Lagu tersebut dibawakan dengan hantaran musik yang dimulai dengan tempo lambat, lebih cepat, hingga sangat cepat.

Read more

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting