Advertisement here

Add third-party functionality or other code to your blog.

Monday, 22 June 2015

Tari Sajojo

0

Tari Sajojo adalah sejenis tari pergaulan rakyat yang berasal dari Papua. Pulau yang paling Luas dengan Keadaan Geografisnya yang Terjal, terletak di ujung Timur Indonesia. Papua juga terkenal dengan Cartenz Pyramid, pemilik salju abadi di puncaknya, menjadi daya tarik tersendiri, bagi para wisatawan. Kemudian lautnya yang Terkenal Jernih dengan Pemandangan yang begitu Eksotik dan Biota laut yang masih langka pun ada di Papua. Selain keindahan alamnya, kesenian dan budaya tradisional Papua adalah kekayaan tersendiri yang diciptakan dan dimiliki oleh masyarakat Papua.


Tari Sajojo

Papua adalah provinsi yang kaya dengan seni budaya dan suku adatnya, masyarakatnya telah memiliki dan mengembangkan seni tarinya tersendiri baik secara turun temurun atau seni tari kontemporer sebagai bentuk ekspresi diri, salah satunya adalah tarian sajojo ini. Lirik lagu dalam tarian sajojo bercerita tentang seorang gadis cantik yang diidolakan oleh pemuda-pemuda di kampungnya. Salah satu jenis tari pergaulan ini mulai populer pada tahun 1990-an. Awalnya di kalangan militer yang pernah tugas di Timor, Maluku dan Irian. Tari Sajojo, memiliki kekhasan pada gerakannya yang meloncat bongkok, dengan dimulai dari kaki kiri. Iringan musik Sajojo, biasanya beirama Cha Cha Cha Ambon medly.

Saking populernya tarian dan nyanyian Sajojo ini, kita dengar dimana-mana, hingga banyak sekolah, lembaga dan kelompok masyarakat memperlombakan tarian Sajojo. Bahkan tari sajojo telah dimodifikasi menjadi senam meski tanpa meninggalkan unsur-unsur aslinya.

Kepopuleran tari Sajojo didukung pula oleh karakter tarian itu sendiri. Jenis tarian Sajojo adalah tarian grup yang tidak dibatasi jumlah penarinya. Seperti halnya tarian Yospan, siapa pun boleh turun dalam kesukarian sebuah kebersamaan. Ditambah dengan iringan musik yang dinamis, menghentak dan menggembirakan. Sehingga sangat kentara nuansa kebersamaan dan pergaulannya. Inilah salah satu karakter menonjol dari karya seni tradisional masyarakat Papua daerah pantai. Mereka telah mampu berkomunikasi dengan masyarakat kota dan masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.

Read more

Tari Balada Cendrawasih

0

Awal terjadinya tari balada cendrawasih karena menceritakan tentang konflik antara 2 suku. Diceritakan tentang suami istri yang pergi ke hutan untuk mencari rezeki untuk hidup mereka. Sang suami tersebut bekerja mengolah tanah dan menanam. Kemudian datang seseorang dari suku lain ke dalam hutan tersebut. Lalu sang suami segera bergegas pulang, dan ternyata disaat sang suami ingin menemui istrinya untuk mengajak pulang, istrinya sudah tidak ada. Kemudian dia mencari dan meminta bantuan kepada orang-orang. Mereka pun siap apabila ada penyerangan dari pihak lawan.


Tarian balada cendrawasih

Lalu perang terjadi. Saat terjadi perang datang sekelompok suku perempuan yang memperdamaikan kedua suku tersebut. Setelah itu diadakanlah pesta perdamaian yang sangat meriah. Dan tarian balada cendrawasih juga menceritakan tentang masyarakat papua yang berusaha untuk melestarikan burung cendrawasih. Tari ini dikembangkan karena mempunyai harapan agar masyarakat tetap menjaga dan melestarikan burung cendrawasih dari kepunahan.

Dalam tari balada cendrawasih terdapat 3 kelompok. Kelompok pertama ada 3 orang yang berperan sebagai pemburu. Kelompok kedua ada 13 orang, laki-laki dan perempuan yang berperan sebagai burung cendrawasih. Dan kelompok ketiga hanya terdiri dari pemusik saja. Cerita dalam tarian balada cendrawasih ada 13 burung cendrawasih betina yang sedang bermain gembira. Tiba-tiba datang seekor burung cendrawasih jantan yang berhasil menarik perhatian salah satu burung cendrawasih betina, lalu keduanya memadu kasih dan bahagia. Kemudian datanglah 3 pemburu yang melihat sepasang burung cendrawasih. Pemburu tersebut berhasil menembak burung cendrawasih jantan dengan anak panah. Disaat para pemburu ingin memanggil kembali burung cendrawasih, tak ada satupun burung cendrawasih yang muncul, merekapun akhirnya sadar bahwa perbuatan mereka membuat hilangnya burung cendrawasih.

Read more

Tari Baluse

0


Deskripsi

Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu atau wisatawan.

Read more

Tari Tanggai

0

Sejarah Tari Tanggai pada zaman dahulu merupakan tari persembahan terhadap dewa siwa dengan membawa sesajian yang berisi buah dan beranekan ragam bunga,karena ini berfungsi sebagai tari persembahan pengantar sesajian maka tari tanggai pada zaman dahulu di katagorikan tarian yang sakral. Di sebut tari tanggai karena setiap penarinya menggunakan property tanggai di delapan jari (kecuali jempol).Tanggai tersebut dari perak ataupun kuningan yang di pakai pada ujung jari tangan.


Tari Tanggai dari Sumatera Selatan

Musik Iringan Tari Tanggai ini, pada umum nya bersifat instrumental yang sekaligus di iringi oleh beberapa gendang dan satu buah gong yang berperan sebagai ritem. Adapun alat musik yang dipergunakan untuk mengiringi tari tanggai :

- Accordion
- Biola
- Gendang
- Gong dan terbangan

Judul lagunya adalah “Enam Bersaudara”, tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari Gending.

Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.

Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan.

Read more

Tari Sebimbing Sekundang

0

Seni tari ada disetiap daerah di Sumatera Selatan. Biasanya yang paling menonjol adalah tari sambut bagi tamu yang di agungkan dengan cara memberikan sekapur sirih. Seperti daerah lainnya,Ogan Komering Ulu (OKU) juga memiliki kesenian yang menjadi ciri khas tersendiri. Dengan diberi nama Sebimbing Sekundang, tarian ini memiliki makna dan pesan yang mendalam,baik bagi masyarakat setempat, penari, maupun tamu dan undangan yang melihat suguhan tarian ini.


Tari Sebimbing Sekundang

Sesuai namanya, Tari Sembimbing Sekundang memiliki makna berjalan bersama atau seiring dan saling membantu. Pesan-pesan itulah yang terus disampaikan dan dilestarikan melalui gerakan tarian. Tarian ini selalu disuguhkan dalam penyambutan tamutamu kehormatan yang berkunjung di daerah ini.

Tari Sebimbing Sekundang diciptakan Z Khusni Karana yang juga koreografer profesional Sumsel. Tarian ini diperagakan baik di dalam gedung maupun tempat terbuka.
“Banyak makna yang terkandung, salah satunya toleransi dan kebersamaan,” ungkapnya. Tepak atau pengasan merupakan sarana utama tarian ini yang berisikan beberapa lembar daun sirih segar dan beberapa lipat daun sirih yang telah diracik dengan getah gambir, sehingga siap disuguhkan kepada tamu kehormatan sebagai tanda penerimaan dan pengakuan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Gerak tarian, pakaian, dan musik pengiringnya merupakan perpaduan dari gerak, pakaian, dan musik tari-tari tradisional dari berbagai kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga tergambar moto “Bumi Sebimbing Sekundang”yang berarti berjalan seiring dan saling membantu dan melaksanakan sesuatu untuk menggapai keberhasilan.

Read more

Sunday, 21 June 2015

Tari Kebagh

0

Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Walau sempat dilarang hingga tahun 1940-an oleh pemerintah kolonial belanda, tarian ini tetap terpelihara dan diajarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Tari Kebagh semakin terdesak, tenggelam dan sempat menghilang pada masa pendudukan Jepang.


Tari Kebagh Sumatera

Berdasarkan cerita lisan dari orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan dengan Puyang Serunting Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat meriah dan turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara tari-tarian.

Istri Puyang Serunting Sakti yang konon adalah seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini disetujui istrinya dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan disembunyikan oleh Puyang Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk dipakai menari.

Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang yang diambilnya pada masa lalu. Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang. Maka menarilah istyri Puyang Serunting Saksti dengna lemah gemulai. Kecantikan dan kemahirannya menari membuat semua mata terpana. Hingga tanpa disadari oleh semua orang, istri Puyang Serunting Sakti tak lagi menginjak bumi, melayang-layang, semakin tinggi hingga menuju ke kayangan, negeri asalnya.

Read more

Tari Gending Sriwijaya

0

Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.[1] Lirik lagu ini juga menggambarkan kerinduan seseorang akan zaman di mana pada saat itu Sriwijaya pernah menjadi pusat studi agama Buddha di dunia.


Tari Gending Sriwijaya Sumatera Selatan

Lirik Lagu Gending Sriwijaya
Berikut adalah lirik lagu Asli Gending Sriwijaya Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending Sriwijaya Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia Kuciptakan kembali dari kandungan Maha Kala Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru Tutur sabda Dharma pala Khirti Dharma Khirti Berkumandang dari puncaknya Si guntang Maha Meru Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.

Tari Gending Sriwijaya
Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.

Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.

Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.

Read more

Tari Randai

0

Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.


Tari Randai dari Sumatera Barat

Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat. Semua gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang.

Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana dalam Randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat yang biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.

Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela.

Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.

Read more

Tari Piring

0


Tari Piring dari aceh

Tari Piring, atau Tari Piriang dalam bahasa lokal, merupakan seni tari tradisional masyarakat Minangkabau, yang berasal dari kota Solok, Sumatra Barat. Tarian ini menggunakan piring sebagai instrumen utama. Piring yang diletakan di atas telapak tangan diayun dan diliuk-liukan dengan gerakan-gerakan cepat dan teratur, dengan piring tetap dalam keadaan lekat dengan telapak tangan.

Sejarah Tari Piring
Beredar anggapan bahwa tari ini awalnya merupakan ritual ucapan terimakasih masyarakat setempat pada Dewa-Dewi seusai musim panen. Dalam ritual ini, piring-piring berisi berbagai makanan sesembahan dibawa dan disajikan kepada para Dewa-Dewi melalui gerakan-gerakan yang artistik. Setelah era Islam, tarian ini tidak lagi dijadikan media pemujaan, melainkan hanya sebagai hiburan semata, yang sering dipertunjukan pada berbagai acara keramaian.

Gerakan dalam Tari Piring
Tari Piring menghadirkan rangkaian gerak ‘atraksi’ penari mengayun-liukan piring di dua telapak tangannya ke sana kemari dalam tempo yang cepat, dengan diselingi dentingan suara antara piring-piring atau dentingan yang tercipta dari beradunya cincin pada jari para penari dengan piring. Di bagian akhir, biasanya piring yang dibawa para penari dilemparkan ke lantai, lantas mereka melanjutkan tarian di atas pecahan-pecahan piring-piring tersebut.

Jumlah penari, pada umumnya berjumlah ganjil, bisa tiga sampai tujuh orang. Para penari tersebut mengenakan pakaian khas yang didominasi warna-warna cerah, terutama merah dan kuning keemasan. Dengan iringan alat musik yang kahas Minangkabau, yakni Talempong dan Saluang, Tari Piring mengundang decak kagum para penontonnya. Dalam perkembangannya, Tari Piring menjadi salah satu ikon Sumatra Barat, dan sering kali dikirim untuk berbagai misi kebudayaan ke luar negeri, demi memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya Sumatra Barat. Sebagai contoh, pada Agustus 2012, Tari Piring ambil bagian dalam Festival de Montoire, Perancis.

Tari Piring dalam Masyarakat Minangkabau
Tari piring, masih lestari di tengah masyarakat Minangkabau, serta memiliki peran khusus dalam prosesi pernikahan adat Minangkabau. Bagi orang Minangkabau, kurang lengkap nampaknya jika hari bahagia pernikahan tanpa sajian Tari Piring.

Read more

Tari Payung

0

Tari Payung adalah tari tradisional dari Sumatra Barat. Tarian ini membawakan cerita tentang hubungan asmara di antara muda-mudi. Payung menjadi atribut penting dalam tarian ini, sebagai perlambang penyatuan tujuan dua insan menuju kebahagiaan cinta. Hingga hari ini, Tari Payung masih lestari di tengah masyarakat Minangkabau, bahkan berkembang dengan variasi-variasi baru.


Deskripsi

Tari payung dibawakan oleh para penari yang jumlahnya genap, di mana mereka berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Para penari laki-laki datang menghampiri pasangan mereka masing-masing dengan payung terkembang, yang bermakna bahwa dia siap untuk membawa dan melindungi Sang Perempuan menuju kebahagiaan mahligai rumah tangga. Sementara Sang Perempuan dengan selendangnya menyambut Sang Lelaki sebagai jawaban, bahwa bersama Sang Lelaki, dia siap mengarungi jalan jalan cinta mereka.

Selaras dengan tema cerita yang dibawakan, koreografi Tari Payung mengeksplorasi interaksi antara penari laki-laki dan perempuan. Lagu yang menjadi pakem dalam tarian ini berjudul Berbendi-bendi ke Sungai Tanang, yang bercerita tentang suasana bulan madu sepasang suami-istri di Sungai Tanang. Lagu tersebut dibawakan dengan hantaran musik yang dimulai dengan tempo lambat, lebih cepat, hingga sangat cepat.

Read more

Tari Pasambahan

0

Tari pasambahan merupakan tarian yang berasal dari provinsi Sumatera barat. Dimana dalam tarian ini sendiri tentu saja memiliki makna dan juga arti pada tarian ini sendiri, sehingga pada dasarnya kita dapat mengerti mengapa nama dari tarian tersebut bisa begitu. Tarian ini pun biasanya merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita pada zaman yang dahulu, dikarenakan pada zaman dahulu tidak ada iringan music yang seperti sekarang membuat tarian pada zaman dahulu tidak terlihat menarik dan terkesan kuno. Gerakan-gerakan dari tarian yang ada sekarang pun tidak lebih pastilah mengikuti perkembangan zaman yang dahulu, dimana seperti yang kita tahu gerakan-gerakan yang ada sekarang adalah merupakan pembaharuan dari gerakan-gerakan yang sudah ada terlebih dahulu pada masa nenek moyang kita.


Tari Pasambahan dari Sumatera Barat

Tarian yang ada di provinsi Sumatera Barat ini sendiri tentu saja memiliki keanekaragaman gerakan yang berbeda dan juga nama yang berbeda pastinya. Di daerah ini sendiri tarian yang biasa dikenal oleh kalangan masyarakat dan sering dilakukan ada event-event tertentu seperti penyambutan tamu agung, upacara perkawinan, upacara keagamaan ataupun yang lainnya. Tarian tersebut antara lain adalah tari piring, tari payung, tari pasambahan, dan tari indang. Dari beberapa tarian yang telah disebutkan tersebut tentu saja banyak sekali hal yang berbeda pada tarian tersebut, dari gerakannya sendiri maupun dari makna yang ada pada tarian itu sendiri.

Tarian-tarian yang seperti di atas sendiri sampai sekarang masih sangat eksis di dunianya sendiri, dan tidak jarang banyak sekali penari yang telah menguasai tarian tersebut mengajarkannya pada anak-anak didik mereka yang biasa mereka buka pada sebuah sanggar tari yang ada. Hal ini sendiri merupakan suatu ide yang sangat bagus, dikarenakan selain dapat menyebarkan hal yang positif kepada generasi yang muda selain daripada itu juga dapat terus menjaga dan melestarikan warisan budaya dari daerah kita masing-masing, karena seperti yang kita tahu banyak sekali Negara yang ingin mencuri warisan dan menklaimnya sebagai pemilik dari warisan budaya tersebut.

Tari pasambahan sendiri merupakan salah satu tarian yang berasal dari provinsi Sumatera barat, dimana tarian ini sendiri merupakan salah satu seni tradisional dari Minangkabau sendiri yang telah berkembang sejak lama di daerah tersebut. Tarian ini juga merupakan tarian yang sama dengan tarian tradisional lainnya, dimana tentu saja mempunyai berbagai makna dan juga arti yang banyak dalam tarian itu sendiri. Seperti yang kita tahu bahwa suatu tarian itu menjadi menarik dan enak dilihat jika gerakan-gerakan yang mereka peragakan dapat membuat hati kita menjadi senang dan juga gembira begitu juga dengan tari pasambahan ini. Dengan mengikuti irama music yang ada dan dengan beberapa gerakan yang indah dari para penari membuat tari pasambahan menjadi indah untuk dilihat.

Tarian ini sendiri pun biasanya ditampilkan dalam acara penyambutan tamu yang pada saat itu dimaksudkan sebagai upacan selamat datang dan juga ungkapan rasa hormat kepada tamu kehormatan yang baru saja sampai, hal ini sendiri bisa berupa tamu-tamu seperti presiden ataupun tamu penting dari luar negeri seperti kedutaan besar Negara lain. Tetapi untuk sekarang sendiri tarian ini merupakan tarian yang bukan hanya ditampilkan dalam acara penyambutan tamu agung, tetapi dalam halnya juga adalah sebagai seni pementaasan dan juga pertunjukan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak.

Tari pasambahan sendiri ditampilkan saat kedatangan tamu yang datang dari jauh, ataupun pada saat kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Tamu tersebut kemudian dipayungi dengan payung kebesaran, dimana dalam hal itu sendiri berarti adalah sebagai penghormatan terhadap para tamu yang telah datang. Setelah tari pasambahan ini ditampilkan, kemudian acara itu pun dilanjutkan dengan suguhan daun sirih dalam carano kepada sang tamu. Pada saat upacara pernikahan sendiri, suguhan daun sirih ini diberikan kepada pengantin pria sebagai wakil dari rombongan yang ada. Daun sirih di carano tersebut juga biasanya disuguhkan kepada kedua orang tuan pengantin tersebut.

Read more

Tari Lilin

0

Tari Lilin Tarian Daerah Sumatera Barat. Dari namanya tari ini bisa kita ketahui bahwa tarian dengan menggunakan lilin sebagai bagian dari peralatan tarinya. Tari ini dipentaskan oleh sekelompok penari dengan diiringi sekelompok musisi. Lilin yang menyala diletakkan diatas piring dan diletakkan pada telapak tangan penari. Tarian dibawakan secara kelompok dengan memutar piring yang diatasnya terdapat lilin yang menyala secara berhati-hari agar piring tersebut selalu horizontal dan lilin tidak padam.


Tari Lilin Tarian Daerah Sumatera Barat

Sejarah tari lilin berdasarkan cerita rakyat bahwa konon seorang gadis telah ditinggalkan oleh tunangan yang pergi berdagang mencari harta. Selama peninggalan tunangannya itu gadis telah kehilangan cincin pertunangan. Gadis tersebut mencari-cari cincin sampai larut malam dengan menggunakan lilin yang ditempatkan pada piring. Gerakan tubuh yang meliuk, membungkuk, menengadah (berdoa) melahirkan keindahan sehingga peristiwa ini telah melahirkan Tari Lilin di kalangan gadis-gadis desa itu.

Read more

Tari Indang

0

Seorang pemuda memasuki panggung dengan iringan musik bernuansa Melayu. Baju adat Pariaman melekat indah di tubuhnya. Pemuda tersebut melakukan gerakan menunduk dengan telapak tangan menyentuh lantai. Kemudian, dua kelompok muda-mudi keluar bersamaan dari arah kiri dan kanan. Itulah bagian awal pementasan tari tradisional Pariaman yang bernama tari indang.


Tari Indang dari Aceh

Tari indang merupakan tari muda-mudi yang selalu dipentaskan setiap kali diadakan upacara tabuik – upacara yang dilakukan masyarakat Minang dalam rangka memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad setiap tanggal 10 Muharam. Tari indang merupakan tari tradisional yang diciptaan oleh Rapa’i. Rapa’i merupakan pengikut setia Syekh Burhanuddin – seorang tokoh terpandang yang selalu memperingati upacara tabuik di Minang.

Dilihat dari gerakannya, tari indang hampir mirip dengan tari saman yang berasal dari Aceh. Hanya saja, gerakan dalam tari indang lebih variatif ditambah dengan penggunaan properti berupa gendang rebana.

Dalam masyarakat Pariaman, gendang rebana dikenal disebut gendang Rapa’i – merujuk nama pencipta tari indang. Gendang Rapa’i tidak hanya menjadi properti pementasan. Gendang kecil yang terbuat dari kulit kambing ini juga menjadi salah satu elemen musik yang penting dalam setiap pementasan tari indang.

Selain alunan rampak yang bersumber dari gendang Rapa’i, musik yang mengiringi tari indang juga diperkaya oleh alunan yang bersumber dari suara marwas, perkusi, kecrek, dan biola. Selain itu, sepanjang pementasan tari indang, akan ada seorang syekh yang melantunkan syair-syair bernuansa islami yang intinya mengajarkan kebaikan, menghormati nabinya, dan patuh kepada perintah tuhan.

Tari indang kini tidak hanya dipentaskan saat upacara tabuik. Tari ini pun sering dipentaskan pada berbagai acara lain, seperti acara penyambutan tamu agung, pengangkatan penghulu di suatu desa, atau acara festival budaya. Tari indang merupakan salah satu kekayaan kebudayaan nusantara. Tari ini merepresentasikan masyarakat Pariaman yang bersahaja, saling menghormati, dan patuh kepada perintah tuhan sesuai dengan budaya Melayu.

Read more

Tari Ratéb Meuseukat

0

Tari Ratéb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.


Tari Rateb Meuseukat dari Aceh

Diberitakan bahwa tari Ratéb Meuseukat ini diciptakan gerak dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat Daya.

Pada mulanya Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri. Pada akhirnya juga permainan Ratéb Meuseukat itu dipertunjukkan juga pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.

Saat ini, tari ini merupakan tari yang paling terkenal di Indonesia. Hal ini dikarenakan keindahan, kedinamisan dan kecepatan gerakannya. Tari ini sangat sering disalahartikan sebagai tari Saman dari suku Gayo. Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas. Perbedaan utama antara tari Ratéb Meuseukat dengan tari Saman ada 3 yaitu, pertama tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Ratéb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Ratéb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapa’i dan geundrang.

Read more

Tari Tarek Pukat

0

Tari Tarek Pukat merupakan salah satu tarian khas daerah Aceh, tarian ini menggambarkan aktifitas para nelayan yang menangkap ikan di laut. Tarek yang berarti "Tarik", dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan.


Deskripsi

Tarek pukat berarti menarik jala ikan, dimana kegiatan ini berlangsung di daerah pesisisr, yang merupakan kegiatan rutin para nelayan. Kegiatan tarek pukat sangat kental akan kebudayaan aceh, sebagai mana kita tau daerah aceh di kelilingi oleh pesisisr laut. Selain itu, tarek pukat merupakan sebuah tarian daerah yang dimana tarian ini menggambarkan tentang kegiatan “menarek pukat”

Tarek pukat merupakan salah satu tarian daerah aceh yang sangat terkenal. Tarian ini menceritakan tentang bagaimana kehidupan rakyat aceh yang tinggal di pesisisr pantai, dimana sebagian besar bermata pencarian sebagai nelayan,

Mengingat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagian besar di kelilingi oleh pesisir pantai, maka, tarian ini sangat mencerminkan keadaan orang-orang aceh pesisir. Selain itu, tarian tarek pukat biasanya diiringi oleh musik ”serune kala” dimana alunan musiknya sangat tradisional dan kental akan kebudayaan aceh sendiri.

Tarian tarek pukat biasanya di tarikan oleh 7 sampai 9 orang wanita, dan 4 atau 5 orang laki-laki yang mengiringi tarian ini. Pada dasarnya, gerakan tarian ini sangatlah sederhana, dan mudah untuk di pelajari, dimana para wanita berdiri dan duduk sambil merangkai rangkaian tali yang mencerminkan jaring ikan, lalu para laki-laki mengiringi tarian ini di belakan para wanita dengan memperagakan gerakan yang mencerminkan seseorang menangkap ikan.

Di era sekarang, tarian ini sudah banyak berkembang, baik dari segi gerakan, pakaian adat, maupun aransemen musik yang mengiringinya, namun perubahan-perubahan yang terjadi tidak terlalu mencolok dan tidak melenceng dari bentuk tarian aslinya, yang penting, pada dasarnya, tarian ini merupakan warisan kebudayaan Aceh yang harus kita jaga dan kita lestarikan, terutama kepada anak-anak muda yang kurang mencintai kebudayaan daerah.

Read more

Tari Rapai Geleng

0

Rapa'i Geleng adalah sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah Aceh Bagian Selatan tepatnya Manggeng, yang sekarang masuk kawasan Kabupaten Aceh Barat Daya. Rapa'i Geleng dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh Selatan. Permainan Rapa'i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerak dasar dari unsur Tari Meuseukat.


Tari Rapai Geleng dari Aceh

Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan tarian ini ada 12 orang laki-laki yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi.

Kostum yang dipakai berwarna hitam kuning berpadu manik-manik merah.

Read more

Tari Likok Pulo

0

Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah dalam Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di kalangan masyarakat.


Deskripsi

Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan Kota Banda Aceh. Maka tarian ini juga dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai media pengembangan dakwah Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama pendatang dari Arab yang menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria sambil duduk rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari sehelai tikar daun lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai hiburan rakyat sambil berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk 21.00 WIB sampai menjelang subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai dengan gerakan salam anggukan kepala dan tangan yang diselangi gerakan pinggul. Ritme tarian saling membentang dan seling ke kiri dan ke kanan sambil melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi dengan musik Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.

Asal usul tari likok pulo Asal usul tari likok pulo diciptakan oleh seorang Ulama tua berasal dari Arab tarian ini lahir sekitar tahun 1849, yang hanyut di laut dan terdampar di Pulo Aceh atau sering juga disebut Pulau (beras). Diadakan sesudah menanam padi atau sesudah, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian dipertandingkan berjalan semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi duduk bersimpuh, berbanjar bahu membahu.

Asal usul tari likok pulo dari arti nya
Likok artinya gerak tari sedang Pulo artinya Pulau, sesuai dengan nama tariannya yang berasal dari Pulo Aceh (Pulau Aceh) yaitu sebuah pulau kecil yang terletak di ujung sebelah Utara Pulau Sumatera yang dinamakan juga pulau Breuh atau Pulau Beras. Likok Pulo dimainkan dalam posisi duduk bersimpuh, berbanjar bahu-membahu.

Asal usul tari likok pulo dan cara menarikan nya Asal usul tari likok pulo di kisahkan seorang pemaian utama yang disebut syeh berada di tengah-tengah pemain. Dua orang penabuh rapai berada dibelakang atau sisi kiri/kanan pemain. Sedangkan gerak tari hanya memfungsikan anggota tubuh bagian atas, badan, tangan dan kepala. Gerakan tari pada prinsipnya ialah gerakan oleh tubuh, keterampilan, keseragaman/kesetaraan dengan memfungsikan tangan sama-sama ke depan, kesamping kiri atau kanan, ke atas dan melingkar dari depan ke belakang, dengan tempo mula lambat hingga cepat.

Read more

Tari Laweut

0

Tari Laweut adalah tari yang berasal dari Aceh. Laweut berasal dari kata Selawat, sanjungan yang ditujukan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sebelum sebutan laweut dipakai, pertama sekali disebut Akoon (Seudati Inong). Laweut ditetapkan namanya pada Pekan Kebudayaan Aceh II (PKA II). Tarian ini berasal dari Pidie dan telah berkembang di seluruh Aceh.


Tari Laweut Aceh

Gerak tari ini, yaitu penari dari arah kiri atas dan kanan atas dengan jalan gerakan barisan memasuki pentas dan langsung membuat komposisi berbanjar satu, menghadap penonton, memberi salam hormat dengan mengangkat kedua belah tangan sebatas dada, kemudian mulai melakukan gerakan-gerakan tarian.

Read more

Tari Ranup Lampuan

0

Ranup Lampuan adalah kesenian tari yang berasal dari Nangroe Aceh Darussalam. Tari ini merupakan visualisasi dari salah satu filosofi hidup warga Aceh, yakni menjunjung keramah-tamahan dalam menyambut tamu. Gerakan demi gerakan dalam Ranup Lampuan menggambarkan prosesi memetik, membungkus, dan menghidangkan sirih kepada tamu yang dihormati, sebagaimana kebiasaan menghidangkan sirih kepada tamu yang berlaku dalam adat masyarakat Aceh. Menilik karakteristiknya, atas dasar tersebut, tari ini digolongkan ke dalam jenis tari adat/upacara.


Tari Ranup Lampuan Sumatra

Sejarah Ranup Lampuan
Ranup (atau ranub) dalam Bahasa Aceh memang berarti sirih, sementara lampuan terdiri dari dua kata, yakni (lam) yang artinya dalam, dan (puan) yang berarti tempat sirih khas Aceh. Tarian ini diciptakan oleh Yusrizal (Banda Aceh) kurang lebih pada 1962 (Burhan, 1986; 141). Tak lama setelah populer di Banda Aceh, tari ini berkembang di berbagai daerah lainnya di Nangroe Aceh Darussalam.

Selain Ranup Lampuan, koregrafer tersohor Aceh ini, bersama grup tari Pocut Baren, juga banyak menciptakan tari-tari tradisional Aceh lainnya, seperti Meusare-sare, Bungong Sieyueng-yueng, Tron U Laot, Poh Kipah, Tari Rebana, dan Sendratari Cakra Donya Iskandar Muda,Pada awalnya, tari Ranup Lampuan yang dibawakan oleh 7 penari perempuan ini diciptakan dengan iringan musik modern (band atau orkestra), namun dalam perkembangannya, Ranup Lampuan lebih sering diiringi musik tradisional khas Aceh, “Serune Kalee”, sebagaimana diusulkan sejumlah pihak pada waktu itu.

Makna dalam Ranup Lampuan
Setiap gerakan dan atribut dalam tarian ini mengandung makna simbolik. Sebagai gambaran, seluruh gerakan dalam tari ini dibawakan dengan tertib dan lembut sebagai ungkapan keikhlasan menerima tamu. Terdapat juga gerakan salam-sembah dengan tangan mengayun ke kiri, ke kanan, dan ke depan sebagai perlambang kekhidmatan mempersilakan para tamu untuk duduk. Lantas, sirih dalam puan pun dihidangkan secara nyata oleh para penari kepada tamu yang mereka sambut. Dalam masyarakat Aceh, sirih dan puan merupakan perlambang kehangatan persaudaran. Selain sebagai hidangan penyambut tamu, ranup atau sirih mempunyai peran yang penting dalam ritus-ritus sosial masyarakat Aceh, sehingga ia selalu ada dalam berbagai prosesi, dari mulai pernikahan, sunatan, bahkan ketika menguburkan jenazah.

Read more

Tari Cangklak

0

Tari Cangklak - Tari memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik gemulai, energik dan sedikit genit dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam mengelilingi lekuk tubuh anggunnya, serta pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan indetik dengan perempuan seperti payung, kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian yang laku di aceh dengan tarian khas melayu dari daerah timur aceh.


Tari Cangklak Aceh

Provinsi Aceh adalah salah satu daerah yang memiliki keragaman budaya khususnya dalam tarian. Selain tari saman ada juga tari seudati. Seudati merupakan salah satu tarian yang cukup digemari oleh masyarakat Aceh Utara dan Pidie. Kemudian tarian ini dikembangkan dan diterima sebagai tarian khas daerah.

Nama seudati berasal dari bahasa Arab, yaitu syahadat yang berarti saksi atau pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad utusan-Nya. Tarian yang termasuk dalam kategori tribal war dance atau tari perang ini sudah dikembangkan sejak ratusan tahun yang lalu di Aceh. Tarian ini kini dijadikan sebagai media dakwah yang kental dengan nilai-nilai Islam.

Heroik, gembira, dan kompak merupakan ciri khas tari seudati. Hampir sama seperti tari saman, tarian ini tidak diiringi dengan alat musik, melainkan menggunakan kertikan jari, hentakan kaki, tepukan dada, dan syair-syair yang dilantunkan oleh dua orang narrator yang disebut Aneuk Syahi. Syair-syair yang dilantunkan biasanya bertemakan keagamaan atau informasi pembangunan negara.

Penari dalam tarian ini dibagi menjadi lima bagian. Penari yang berjumlah delapan orang terdiri atas satu orang syech, satu orang pembantu syech, dua orang pembantu sebelah kiri yang disebut apeetwie,dan satu orang pembantu belakang yang disebut apeet bak, serta tiga orang sisanya hanyalah pembantu biasa.

Busana tari seudati sangat sederhana. Menggunakan celana panjang berwarna putih, kaos lengan panjang yang ketat dan berwarna putih, kain songket yang dililitkan disekitar pinggang, tidak ketinggalan rencong (senjata tradisional Aceh) yang diselipkan di pinggang, serta ikat kepala berwarna merah. Tarian ini menggambarkan semangat perjuangan, sikap kepahlawanan, keriangan, kelincahan, serta sikap hidup yang dinamis, kegotong royongan, dan persatuan.

Konon, sewaktu perang Aceh, tarian ini digunakan untuk membakar semangat para pemuda saat berperang melawan penjajah. Oleh sebab itu, tarian ini sempat dilarang saat zaman penjajahan Belanda. Tapi, tarian ini dijadikan sebagai kesenian tradisional Indonesia.

Read more

Tari Rapai Daboh / Debus

0

Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh terdiri dari seorang syekh yang bergelar "Khalifah", beberapa orang penabuh rebana (rapai), dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah.


Tari Rapai Daboh /Debus (Aceh)

Apa sebab tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa; jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang pastilah senjata akan makan tubuh mereka.

Read more

Tari Saman Meuseukat

0

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.


tari saman meuseukat aceh

Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :
  1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
  2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
  3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
  4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak
  5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.

Read more

Tari Seudati

0

Tari Seudati adalah salah satu kesenian tari tradisional yang berasal dari Aceh. Tarian ini diyakini sebagai bentuk baru dari Tari Ratoh atau Ratoih, yang merupakan tarian yang berkembang di daerah pesisir Aceh. Tari Ratoh atau Ratoih biasanya dipentaskan untuk mengawali permainan sabung ayam, serta dalam berbagai ritus sosial lainnya, seperti menyambut panen dan sewaktu bulan purnama. Setelah Islam datang, terjadi proses akulturasi, dan menghasilkan Tari Seudati, seperti yang kita kenal hari ini.


Tari Seudati dari Aceh

Tarian ini pada mulanya berkembang di Desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang diasuh oleh seorang bernama Syeh Tam. Selanjutnya, tarian ini berkembang juga di Desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, dibawah asuhan Syeh Ali Didoh. Dalam perjalanannya, tarian ini cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Timur, dan hari ini bahkan bisa ditemui di seluruh daerah Aceh.

Kata “seudati” berasal dari Bahasa Arab "syahadati" atau "syahadatain", yang artinya pengakuan atas keesaan Allah dan pengakuan bahwa Muhammad adalah nabi utusan-Nya. Teori lain beranggapan bahwa "seudati" berasal dari kata "seurasi", yang mengandung makna kompak dan harmonis. Oleh penganjur Islam zaman itu, Tari Seudati digunakan sebagai media dakhwah; untuk menyebarluaskan agama Islam. Berbagai cerita tentang persoalan-persoalan hidup dibawakan dalam tarian ini, dengan maksud agar masyarakat mendapat petunjuk pemecahan problem-problem hidup sehari-hari mereka. Selain sebagai media dakwah, Tari Seudati sekarang sudah menjadi pertunjukan hiburan rakyat.

Formasi dalam Tari Seudati
Seudati dibawakan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama, yang terdiri dari seorang pemimpin yang disebut syeikh, satu orang pembantu syeikh, dua orang pembantu di sebelah kiri yang disebut apeetwie, satu orang pembantu di bagian belakang, yang disebut apeet bak, dan tiga orang pembantu biasa. Selain mereka, ada pula dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.

Karakteristik Tari Seudati
Tari Seudati tidak diiringi alat musik, melainkan hanya dengan beberapa bunyi yang berasal dari tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke lantai, dan petikan jari. Gerak demi gerak dibawakan mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Beberapa gerakan dalam tarian ini sangat dinamis dan penuh semangat. Namun ada juga beberapa bagian yang nampak kaku, tetapi sejatinya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan para penarinya. Kemudian, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus sikap kesatria.

Tarian ini tergolong dalam kategori Tribal War Dance atau tarian perang, yang mana muatan dalam syairnya bisa membangkitkan semangat. Hal inilah yang membuat tarian ini sempat dilarang di zaman Pemerintahan Belanda, karena dianggap bisa ‘memprovokasi’ para pemuda untuk memberontak. Tarian ini baru diperbolehkan lagi dipertunjukan setelah Indonesia merdeka.

Read more

Tari Pendet

0

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).


Deskripsi

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.

Read more

Tari Rara Ngigel

0

Tari Rara Ngigel adalah sebuah tari yang dikoreografikan oleh Ida Wibowo, putri guru tari terkenal Bagong Kussudiarjo. Tarian ini menceritakan tumbuhnya seorang gadis yang beranjak dewasa.

Deskripsi

Tari Rara Ngigel biasanya ditarikan oleh wanita, tetapi kadang ditarikan berpasangan dengan pria. Gerak tari yang lembut diinspirasi dari gerak-gerak tari gaya Yogyakarta, sedangkan gerak-gerak yang tegas dan patah-patah diinspirasi dari gerak jawa barat an. Sedangkan untuk pakaian merupakan percampuran dari budaya jawa dan cina, terlihat dari tusuk konde yang dipake di kepala.

Read more

Saturday, 20 June 2015

Tari Gambir Anom

0

Asal usul sejarah tari gambir anom – Kesenian daerah yang ada di seluruh nusantara berbeda beda jenis dan bentuknya. Baik itu dalam bentuk tari, musik, adat istiadat, maupun bentuk rumah dan senjata tradisional.
Namun, seiring berkembangnya zaman modern saat ini semakin berkurang para pelestari dari kaum pelajar maupun pemuda dan pemudinya. Salah satunya yaitu 'tari Gambiranom'.

Tari Gambir anom jawa tengah

Saat ini amat jarang ditemui para penari putra terutama putra tunggal untuk menarikan dan membawakan sebuah tarian Gambiranom. Malah kebanyakan yang dibawa adalah berasal dari kaum putri atau wanita.
Padahal, tari tersebut adalah tari putra tunggal alus. Tari gambiranom menceritakan anak Arjuna yang sedang di mabuk kasmaran (jatuh cinta) pada pasangannya. Dalam tari ini juga di ulas gerakan sedang menyisir (merapikan) rambut, memandangi potret pasangan, dan lain lain.

Tari gambiranom merupakan tari klasik yang merupakan Gaya Surakarta dan Yogyakarta (kontemporer/peraduan). Bentuk tari ini termasuk bentuk Tari tunggal putra Alus. Iringan musik menggunakan Gamelan khas Yogjakarta. Properti berupa Sampur dan kostum terkesan mewah,dikarenakan tarian khas keraton (klasik) yang sudah dibakukan gerakannya dan tidak dapat di ubah-ubah.
Tari Gambir Anom, sebuah tarian klasik dengan gaya lemah lembut. Setelah itu, mereka menarikan irama-irama yang sedikit rancak. Yang unik dari tarian ini adalah ikut sertanya para penonton atau tamu untuk menari bersama dengan penari Tayub. Tamu yang dipandang terhormat biasanya akan didaulat ikut menari dengan ditandai dikalungkannya sebuah sampur.

Read more

Tari Dolanan

0

Tari jawa ” dolanan” mengissahkan kegembiraan anak-anak yang sedang menikmati permainan.Begitulah dunia anak-anak.

Deskripsi

Read more

Tari Golek Ayun Ayun

0

Tari Ayun-ayun Gerakannya sangat lembut dan penuh makna. seolah sang penari sedang bersolek. Gerakan yang lain juga memperlihatkan seolah ia tengah menyulam. Balutan baju beludru merah serasi dipadankan dengan bawahan kain batik putih. Mahkota merak bersayap merah muda tambah mempercantik penampilan sang penari.

Deskripsi

Read more

Tari Anoman Indrajit

0

Tari Anoman Indrajit adalah cerita dari epos jawa Ramayana,Anoman si kera putih bertarung melawang patih Indrajit untuk menyelamatkan dewi Shinta.

Deskripsi

Read more

Friday, 19 June 2015

Tari Kuda Lumping

0

Kuda Lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Tari Kuda Lumping

Konon, tari Kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari Kuda Lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.

Gerak tari : Dalam setiap pagelarannya, tari Kuda Lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.

Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari Kuda Lumping.

Read more

Tari Kethek Ogleng

0

Kethek Ogleng merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat yang masih berkembang dengan bentuk yang beragam di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. kisahnya menceritakan seekor kera jelmaan raden gunung sari dalam cerita panji dalam upaya mencari dewi sekartaji yang menghilang dari istana.untuk mengelabuhi penduduk agar bebas keluar masuk desa dan hutan,maka raden gunung sari menjelma jadi seekor kera putih yang lincah dan lucu.

Tari Kethek Ogleng ini dalam mengekspresikannya menggambarkan gerak-gerik sekelompok kera putih.dalam tarian ini terlintas ungkapan kelincahan,kebersamaan,semangat,kelucuan dan atraktif.

Tari Kethek Ogleng

Iringannya menggunakan instrumen gamelan jawa,alat perkusi tradisional dan penggaran olah vokal yang tetap menghadirkan rasa dan nuansa kerakyatan.

Sekilas Cerita asal usul Kethek Ogleng :
Kethek Ogleng adalah sebuah tari yang gerakannya menirukan tingkah laku kethek (kera). Tarian ini ditarikan oleh masyarakat Desa Tokawi Kecamatan Nawangan bertahun-tahun lamanya. Biasanya tarian ini dipentaskan pada waktu hajatan masyarakat setempat. Tarian Kethek Ogleng ini berasal dari sebuah cerita Kerajaan Jenggala dan Kediri.

Raja Jenggala mempunyai seorang putri bernama Dewi Sekartaji dan Kerajaan Kediri mempunyai seorang putra bernama Raden Panji Asmorobangun. Kedua insan ini saling mencintai dan bercita-cita ingin membangun kehidupan yang harmonis dalam sebuah keluarga. Hal ini membuat keduanya tidak dapat dipisahkan.

Namun, raja Jenggala, ayahanda Dewi Sekartaji, mempunyai keinginan untuk menikahkan Dewi Sekartaji dengan pria pilihannya. Ketika Dewi Sekartaji tahu akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan ayahandanya-yang tentunya tidak dia cintai, dia diam-diam meninggalkan Kerajaan Jenggala tanpa sepengetahuan sang ayahanda dan seluruh orang di kerajaan. Malam hari, sang putri berangkat bersama beberapa dayang menuju ke arah barat.

Di Kerajaan Kediri, Panji Asmorobangun yang mendengar berita menghilangnya Dewi Sekartaji memutuskan untuk nekad mencari Dewi Sekartaji, sang kekasih. Di perjalanan, Panji Asmorobangun singgah di rumah seorang pendeta. Di sana Panji diberi wejangan agar pergi ke arah barat dan dia harus menyamar menjadi kera. Sedangkan di lain pihak, Dewi Sekartaji ternyata telah menyamar menjadi Endang Rara Tompe.

Setelah Endang Rara Tompe naik turun gunung, akhirnya rombongan Endang Rara Tompe, yang sebenarnya Dewi Sekartaji, beristirahat di suatu daerah dan memutuskan untuk menetap di sana. Ternyata kethek penjelmaan Panji Amorobangun juga tinggal tidak jauh dari pondok Endang Rara Tompe. Maka, bersahabatlah mereka berdua. Meski tinggal berdekatan dan bersahabat, Endang Rara Tompe belum mengetahui jika kethek yang menjadi sahabatnya adalah Panji Asmorobangun, sang kekasih, begitu juga dengan Panji Asmorobangun, dia tidak mengetahui jika Endang Rara Tompe adalah Dewi Sekartaji yang selama ini dia cari.

Setelah persahabatan antara Endang Rara Tompe dan kethek terjalin begitu kuatnya, mereka berdua membuka rahasia masing-masing. Endang Rara Tompe merubah bentuknya menjadi Dewi Sekartaji, begitu juga dengan kethek sahabat Endang Rara Tompe. Kethek tersebut merubah dirinya menjadi Raden Panji Asmorobangun. Perjumpaan antara Dewi Sekartaji dan Raden Panji Asmorobangun diliputi perasaan haru sekaligus bahagia. Akhirnya, Dewi Sekartaji dan Raden Panji Asmorobangun sepakat kembali ke kerajaan Jenggala untuk melangsungkan pernikahan.

d) Sintren :
Sintren adalah kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Pekalongan.
Sejarah : Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.
Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).

Bentuk pertunjukan : Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan diiringi gending 6 orang. Dalam perkembangannya tari sintren sebagai hiburan budaya, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan bodor (lawak).

Dalam permainan kesenian rakyat pun Dewi Lanjar berpengaruh antara lain dalam permainan Sintren, si pawang (dalang) sering mengundang Roh Dewi Lanjar untuk masuk ke dalam permainan Sintren. Bila, roh Dewi Lanjar berhasil diundang, maka penari Sintren akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian lebih lincah dan mempesona.
Instrumen : gamelan khas laras slendro

Read more

Tari Jatilan

0

Tari Jatilan adalah salah satu jenis tarian rakyat yang bila ditelusur latar belakang sejarahnya termasuk tarian yang paling tua di Jawa. Tari yang selalu dilengkapi dengan property berupa kuda kepang ini lazimnya dipertunjukkan sampai klimaksnya, yaitu keadaan tidak sadar diri pada salah seorang penarinya. Penari jatilan dahulu hanya berjumlah 2 orang tetapi sekarang bisa dilakukan oleh lebih banyak orang lagi dalam formasi yang berpasangan. Tarian jatilan menggambarkan peperangan dengan naik kuda dan bersenjatakan pedang. Selain penari berkuda, ada juga penari yang tidak berkuda tetapi memakai topeng. Di antaranya adalah penthul, bejer, cepet, gendruwo dan barongan.

Deskripsi


Reog dan jatilan ini fungsinya hanya sebagai tontonan/hiburan, ini agak berbeda dengan fungsi reog pada zaman dahulu yang selain untuk tontonan juga berfungsi sebagai pengawal yang memeriahkan iring-iringan temanten atau anak yang dikhitan serta untuk kepentingan pelepas nadzar atau midhang kepasar.

Anggota penari : Terdapat sekitar 35 orang dan terdiri dari laki-laki dengan perincian: penari 20 orang; penabuh instrumen 10 orang; 4 orang penjaga keamanan/ pembantu umum untuk kalau ada pemain yang mengalami trance; dan 1 orang sebagai koordinator pertunjukan (pawang). Para penari menggunakan property pedang yang dibuat dari bambu dan menunggang kuda lumping. Di antara para penari ada yang memakai topeng hitam dan putih, bernama Bancak (Penthul) untuk yang putih, dan Doyok (Bejer/Tembem) untuk yang hitam. Kedua tokoh ini berfungsi sebagai pelawak, penari dan penyanyi untuk menghibur prajurit berkuda yang sedang beristirahat sesudah perang-perangan. Ketika menari para pemain mengenakan kostum dan tata rias muka yang realistis. Ada juga group yang kostumnya non-realistis terutama pada tutup kepala; karena group ini memakai irah-irahan wayang orang.

Pada kostum yang realistis, tutup kepala berupa blangkon atau iket (udeng) dan para pemain berkacamata gelap, umumnya hitam.
Selama itu ada juga baju/kaos rompi, celana panji, kain, dan stagen dengan timangnya.
Puncak tarian Jatilan ini kadang-kadang diikuti dengan keadaan mencapai trance (tak sadarkan diri tetapi tetap menari) pada para pemainnya.
Sebelum pertunjukan Jatilan dimulai biasanya ada pra-tontonan berupa tetabuhan dan kadang-kadang berupa dagelan/ lawakan.

Kini keduanya sudah jarang sekali ditemui.
Pertunjukan ini bisa dilakukan pada malam hari, tetapi umumnya diadakan pada siang hari.
Pertunjukan akan berlangsung selama satu hari apabila pertunjukannya memerlukan waktu 2 jam per babaknya, dan pertunjukan ini terdiri dari 3 babak.
Bagi group yang untuk 1 babak memerlukan waktu 3 jam maka dalam sehari dia hanya akan main 2 babak. Pada umumnya permainan ini berlangsung dari jam 09.00 sampai jam 17.00, termasuk waktu istirahat. Jika pertunjukan berlangsung pada malam hari, maka pertunjukan akan dimulai pada jam 20.00 dan berakhir pada jam 01.00 dengan menggunakan lampu petromak.

Tempat pertunjukan berbentuk arena dengan lantai berupa lingkaran dan lurus.
Instrumen : kendang, bendhe, gong, gender, saron, kepyak

Read more

Tari Angsa

0

Tari Angsa adalah Tarian yang menggambarkan keagungan seorang Dewi yang diiringi oleh sekelompok burung angsa.

Deskripsi

Di dalam tarian ini terdapat perpaduan antara kebudayaan Timur maupun Barat. Dibawakan oleh 7 orang penari wanita (satu orang penari berperan sebagai Dewi, enam orang penari sebagai angsa).

Read more

Tari Bondan Payung

0

Pada Tari Bondan, tarian dari Surakarta, seorang anak wanita dengan menggendong boneka mainan dan payung terbuka, menari dengan hatihati di atas kendi yang diinjak dan tidak boleh pecah.

Deskripsi

Tarian ini melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan hati-hati.

Read more

Tari Sintren

0

Sintren adalan kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Sintren adalah sebuah tarian yang berbau mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta Sulasih dan Sulandono.Tersebut dalam kisah bahwa Sulandono adalah putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya R.Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.

Deskripsi

Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung malalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang pada saat meninggal jasadnya raib secara goib, yaitu dengan cara
bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih,pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R.Sulandono, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R.Sulandono.

Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren,sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan cacatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari betul-betul masih dalam keadaan suci (perawan). Sintren diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, dibantu pawang dan diiringi gending 6 orang, sesuai pengembangan tari sintren sebagai hiburan budaya maka dilengkapi dengan penari pendamping dan bador (lawak).

Read more

Tari Saman

0

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.


Tari Saman dari Aceh

Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

Read more

Reog Ponorogo

0

Reog merupakan kesenian asli warisan leluhur Indonesia yang berasal dari ponorogo jawa timur. Kesenian reog ponorogo sampai sekarang masih aktif dan dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia, bahkan wisatawan mancanegara . reog ponorogo yang kita kenal identic dengan kekuatan dunia hitam serta dunia mistis ketimuran dan kekuatan supranatural.

Deskripsi

Salah satu pertunjukan yang ada pada reog yakni mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat 50 KG yang digigit sepanjang pertunjukan berlangsung. Tidak hanya itu, seni reog ponorogo diiringi oleh beberapa gamelan seperti kempul, ketipung, angklung dan lain sebagainya.

Didalam reog ponorogo juga ada warok tua, sejumlah warok muda, pembarong dan prabu klono suwandono. Jumlah anggota reog ponorogo sekitar 20 hingga 30an orang. Sedangkan peran utama ada di warok dan pembarongnya.

Reog ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian. 2 hingga 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan 6 hingga 8 pria berani dengan pakaian serba hitam dengan muka dipoles warna merah. Para menari ini menggambarkan sesosol singa yang berani.

Berikutnya adalah tarian yang dibawakan 6 hingga 8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisional penari ini biasanya diperankan oleh laki laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran gepang. Setelah tarian pembukaan selesai barulah ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana reog ponorogo ditampilkan.

Adegan terakhir adalah singo barong. Dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dan mahkota yang terbuat dari bulu merak dengan berat mencapai 50 hingga 60 KG. topeng yang berat ini dibawakan oleh penarinya dengan menggigit. Reog ponorogo ini sering dijadikan pertunjukan dalam event kenegaraan. Bahkan ponorogo telah menggelar beberapa festival reog yang menarik banyak wisatawan.

Read more

Tari Jaipong

0

Jaipongan adalah tari yang terlahir dari kreativitas seniman asal bandung yang bernama gugum gumbira, ia terinspirasi dari kesenian rakyat yang salah satunya adalah kethuk tilu. Kethuk tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul pola pola gerak tari tradisional yang ada pada kliningan atau bajidoran. Sehingga dia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.

Deskripsi

Di subang, jaipongan gaya kaleran memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dari pola penyajian tari pada pertunjukannya. Ada yang diberi pola atau ibing seperti pada seni jaipongan yang ada di bandung, ada pula tarian yang tidak dipola atau ibing saka.

Tari jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian khas jawa barat. Tarian ini terlihat pada acara – acara penting kedatangan tamu tamu dari Negara asing yang datang ke jawa barat. Meski tarian ini tergolong dalam golongan tarian yang masih berusia muda, tapi tarian ini sudah dapat menjadi tarian resmi jawa barat.

Jaipong sudah dikenal di mancanegara sebagai tarian pergaulan. Gerakannya yang lincah dan atraktif membuat tarian ini banyak disukai. Inilah yang harus kita teruskan lagi dari kesenian yang ada di Indonesia. jangan sampai kita melupakan seni yang ada di Negara kita hanya karena adanya pengaruh budaya asing.

Read more

Tari Yapong Betawi

0

Bagong Kussudiardja merupakan salah satu seniman tari produktif yang dimiliki Indonesia. Sejak kecil, seniman yang tinggal dan menetap di Yogyakarta ini sudah akrab dengan kesenian tradisional. Total dalam berkesenian, Bagong memiliki padepokan seni yang menaungi berbagai generasi seniman untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuannya. Sebagai seorang seniman produktif, di masa hidupnya, Bagong sudah menciptakan lebih dari 200 tari tradisional, salah satunya adalah tari yapong.


Tari Yapong Betawi

Menurut sejarah, tari yapong awalnya merupakan tari yang sengaja dipentaskan dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun Jakarta di tahun 1975. Untuk menciptakan tarian ini, konon Bagong melakukan berbagai riset selama berbulan-bulan. Dia mengamati tingkah polah masyarakat Betawi kala itu. Nama “yapong” sebenarnya tidak memiliki arti. Nama tersebut bersumber dari para penarinya yang meneriakan “Ya Ya Ya Ya Ya” disusul dengan suara alat musik pengiring yang berbunyi “pong”. Tari ini pun kemudian dinamakan “yapong”.

Tari yapong sama seperti tari muda-mudi pada umumnya, yaitu tari kontemporer yang menggambarkan suasana pergaulan. Sebagai tari kontemporer, gerak pada tari yapong bisa divariasikan dengan berbagai gerak sesuai permintaan koreografer, tapi tanpa meninggalkan esensi tari itu sendiri.

Secara umum, gerak tari yapong sangat dinamis dan bertumpu pada kekuatan tangan dan kaki. Perpindahan penari dari satu titik ke titik yang lain kerap terjadi. Pada bagian-bagian tertentu terdapat gerakan pinggul yang eksotis.

Para penari yapong mengenakan busana berwarna terang dengan balutan kain batik Betawi pada bagian bawahnya. Sementara, mahkota bunga melekat di kepala. Hal ini menunjukkan tari yapong merupakan perpaduan antara dua budaya, yaitu Betawi dan Cina.

Dari segi musik, tari yapong diiringi oleh irama yang bersumber dari alat musik tabuh, seperti rebana. Seiring perkembangannya, tari yapong juga diiringi suara gamelan bercampur dengan alat musik tabuh yang berasal dari Jawa Barat, sehingga menghasilkan irama yang bersemangat sesuai dengan gerakan tari yapong. Meski merupakan jenis tari kontemporer, tari yapong eksis sebagai tari Betawi yang sering dipentaskan setiap ada acara kebudayaan di Jakarta.

Read more

Tari Gambyong

0

Konon Tari Gambyong tercipta berdasarkan nama seorang penari jalanan (tledhek) yang bernama si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820). Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik jelita dan memiliki tarian yang cukup indah. Tak heran, dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong.

Tari Gambyong Yang Indah Dan Elok

Tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing.

Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara dipikul.

Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu jumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.

Read more

Tari Merak Jawa Tengah

0

Tari Merak meerupakan tari paling populer di Tanah Jawa. Versi yang berbeda bisa didapati juga di daerah
Jawa Barat dan Jawa Timur.

Tari Merak Jawa Barat

Seperti namanya tarian Merak merupakan tarian yang melambangkan gerakangerakan burung Merak. Merupakan tarian solo atau bisa juga dilakukan oleh beberapa orang penari. Penari umumnya memakai selendang yang terikat dipinggang,
yang jika dibentangkan akan menyerupai sayap burung. Penari juga memakai mahkota berbentuk kepala burung
Merak. Gerakan tangan yang gemulai dan iringan gamelan, merupakan salah satu karakteristik tarian ini.

Read more

Tari Topeng Khas Betawi

0

Tari Topeng, adalah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung. Asal usul sejarah tari topeng tarian ini yaitu salah satu ciri khas budaya tari di Indonesia. Jakarta merupakan hasil kombinasi antara budaya orang-orang ada di dalamnya.


Awal mulanya, seni tari di Jakarta mempunyai pengaruh dari sunda serta China seperti Jaipong yang mengunakan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Tetapi di Jakarta bisa dikatakan daerah yang paling dinamik kerana memiliki seni tari dengan gaya serta koreografi yang dinamik selain seni tari lama. Berikut koleksi Foto-foto Tari Topeng Khas Betawi silahkan disimak.

Read more

Tari Tayub

0

Tari Tayub, atau acara Tayuban, merupakan salah satu kesenian Jawa Tengah yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah. Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek.


tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama , dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. serinng terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari tayub wanita).persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.

Read more

Thursday, 18 June 2015

Tari Piring Minangkabau

0

Tari Piring Minangkabau - Seperti yang kita ketahui bersama bahwa di Negara kita ini memiliki amat banyak ragam jenis kebudayaan, yang di mana hampir dari setiap provinsi dan suku yang ada di Negara Indonesia memiliki kebudayaan tersendiri, baik itu dari kesenian budayanya maupun pakaian serta peraturan adat dalam suku-suku yang ada di Negara ini. Satu diantara kebudayaan yang dimiliki oleh Negara ini yaitu tari piring, yang di mana tari piring ini menjadi suatu kesenian budaya yang berasal dari daerah minangkabau atau daerah sumatera barat. Tari piring ini adalah satu kesenian yang berupa tarian-tarian, di mana tari piring ini mempunyai tujuan untuk memuja atau kepada para pemimpin.

Awal mulanya fungsi dari tari piring di daerah minangkabau, belum seperti fungsi pada sekarang ini, yang di mana awal mulanya kegunaan tari piring ini dipakai oleh minangkabau ketika musim panen tiba, yang di mana tari piring ini dimanfaatkan oleh masayarakat Minangkabau ketika itu mempunyai tujuan untuk memberi perkataan syukur pada dewi padi, yang di mana telah memberi hasil panen yang melimpah ruah pada masyarakat minangkabau. Selain itu, pada zaman tersebut, tari piring ini digerakan atau dipentaskan oleh beberapa pemuda-pemudi penduduk minangkabau.


Tari Merak Jawa Barat

Tari Piring Minangkabau
Tetapi, bersamaan dengan masuknya serta terbentuknya kerajaan-kerajaan yang berjalan pada daerah Minangkabau, sejalan denagn itu juga fungsi serta tujuan dari tari piring ini juga beralih. Di mana pada zaman kerajaan di Minangkabau, tari piring ini dipakai oleh orang-orang Minangkabau juga sebagai alat untuk memberi rasa penghormatan pada beberapa anggota kerajaan, terlebih pada raja yang memimpin ketika itu. Namun, tari piring pada zaman ini dapat dimanfaatkan ketika tamu-tamu agung kerajaan datang.

Setelah majunya dan telah menyatunya segala masyarakat-masyarakat yang ada di Negara ini serta terlebih di daerah Minangkabau atau di zaman yang sudah moderen ini, tari piring ini masihlah dipakai oleh masyrakat Minangkabau, tetapi tujuan dari manfaat tari piring ini dapat juga turut beralih meskipun fungsinya tetap sama pada zaman dahulu.

Di mana pada sekarang ini orang-orang Minangkabau mempergunakan atau mempestakan Tari Piring ketika ada suatu pesta pernikahan atau perkawinan yang berlangsung di daerah Minangkabau (penduduk/masyarakat keturunan minangkabau). Yang di mana pada sekarang ini kegunaan dari Tari Piring ini tetap sama juga dengan manfaat dari Tari Piring pada awal mulanya, tetapi bedanya pada zaman dahulu Tari Piring ini berperan untuk memberi rasa pujian pada beberapa raja, tetapi pada sekarang ini yang dikira raja dalam manfaat Tari Piring ini yaitu ke-2 mempelai yang tengah menikah. Terkecuali dipentaskan ketika satu acara pernikahan, Tari Piring pada sekarang ini juga dipentaskan ketika ada satu tamu agung yang datang ke daerah Sumatera Barat.

Umumnya pementasaan Tari Piring ini dipentaskan oleh jumlah orang yang tidak spesifik, namun sebagai persyarat paling utama dalam melakukan Tari Piring yaitu jumlah orang yang mementaskan Tari Piring ini mesti berjumlah ganjil, tetapi pada zaman dahulu Tari Piring ini dipentaskan oleh 1 orang saja. Di mana dalam pelaksanaan Tari Piring, beberapa penari memegang tingkatan-tingkatan piring yang sudah disusun serta sembari melaksanakan gerakan tari, di mana makin tinggi tingkatan piring makin baik juga. Saat alunan musik yang ikuti makin cepat, piring yang dipegang oleh penari bakal dilempar keatas serta pecahan piring itu bakal diinjak-injak oleh penari serta penari juga terus menari hingga musik yang mengikuti berhenti.

Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Tari Piring mempunyai nilai-nilai trasedental, yang di mana nilai-nilai trasendental ini ada dalam tata langkah pelaksanaan Tari Piring. Di mana piring-piring yang dipegang oleh beberapa penari ini disusun keatas, di mana memperlihatkan bahwa piring di atas mempunyai tujuan untuk kearah tuhan (trasendental) serta tampak dalam manfaat serta maksud tari piring ini adalah mengucapakan rasa bersukur serta terima kasih pada yang ada diatas, pada apa yang telah diberikan pada masyarakat Minangkabau.

Read more

Belibis Dance

0


This Balinese dance depicts a group of Belibis (a type of wild duck) enjoying its natural surroundings. The coreography was inspired from the story "Anglingdarma." In this story, the king Anglingdarma was transformed into a Belibis duck by his wife. While transformed, he attempted to group with other birds but eventually failed because he's able to speak like a human.

Read more

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting